Rabu, 09 Juni 2010

Warga Kota Tasik Mengolah Kacang Banten Yang Punya Nilai Jual




SETELAH magang selama 3 hari di Cikijing Kabupaten Majalengka yang diprakarsai Dinas KUKM Indag Kota Tasikmalaya, sebanyak 10 orang perwakilan ibu-ibu warga Kampung Sukajaya Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu dan Kelurahan Setiawargi Kecamatan Tamansari, sekarang sudah bisa mengolah Kacang Banten menjadi Kacang Bogor yang punya nilai jual dan bisa dijadikan ciri khas oleh-oleh Kota Tasik walaupun dengan cara masih sederhana.

Hal ini dibuktikan dalam acara Demo Pengolahan Kacang Banten yang dihadiri langsung Wakil Walikota Tasikmalaya Ir.H.Dede Sudrajat,MP di Kampung Sukajaya Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, kemarin.

"Manfaat yang diharapkan dari kegiatan demo tersebut adalah bahwa masyarakat khususnya yang ada di Kelurahan Urug dan Kelurahan Setiawargi dapat menggali serta memanfaatkan potensi alam yang selama ini belum tersentuh yaitu pengolahan kacang banten yang selama ini proses pengolahannya dilakukan oleh pihak luar (perajin di Kabupaten Majalengka,sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengurangi angka pengangguran" ujar Ir.Tantan.Rustandi ,Kepala Dinas KUKM Indag kota Tasikmalaya.

Sementara itu, Wakil Walikota Ir.H.Dede Sudrajat MP mengha

rapkan ke depannya masyarakat disini bukan hanya bisa menanam, tetapi mudah-mudahan warga disini bisa mendirikan pabrik pengolahan Kacang Banten sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan. “ Kalau dalam proses pengolahan atau pemasaran Kacang Banten mengalami kesulitan, jangan sungkan-sungkan untuk berkonsultasi dengan Dinas KUKM Indag Kota Tasikmalaya, karena staf dinas dapat membantu.”ujarnya(REDI MULYADI)***

Buah Manggis Asal Kab Tasik Perlu Disertifikasi





SELAMA ini, buah manggis menjadi unggulan sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Namun, manggis diduga telah ‘dibajak’ diklaim China, karena ditemukan beredar di pasaran internasional dalam kemasan dengan merk dagang China bukan Indonesia.
“Buktinya di Amerika Serikat, buah manggis dikenal berasal dari China. Padahal, manggis tersebut jelas berasal dari Indonesia, dan salah satunya dari Kabupaten Tasikmalaya,”ungkap Dadi Supriadi, anggota Fraksi Keadilan Sejahtera DPRD Kabupatan Tasikmalaya.
Jika kita melihat kios penjualan buah-buahan di Amerika Serikat, menurut dadi Supriadi, semua produk manggis kemasan menggunakan huruf kanji (huruf China). “Jika dibiarkan, maka buah manggis khas Indoneia akan kalah oleh manggis Malaysia yang sudah dipatenkan,”tuturnya.
Dadi menjelaskan, sebenarnya ‘pembajakan’ manggis oleh China sudah berlangsung cukup lama.Namun disayangkan, fenomena itu kurang ditanggapi secara serius oleh Pemkab Tasikmalaya, terutama instansi terkait.”Kami berharap Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya memfasilitasi petani manggis untuk mendapatkan sertifikasi internasional, sehingga bisa membantu meningkatkan kesejahteraan kaum petani, yakni peningkatan nilai jual manggis,”tuturnya
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, produksi manggis terbesar dihasilkan petani asal Kabupaten Tasikmalaya, yakni sekitar 18.576 ton per tahun dari luas lahan panen sekitar 232.774 hektar. “Salah satu daerah penghasil manggis terbesar di Kabupaten Tasikmalaya, yakni ada di 8 desa di Kecamatan Puspahiang.”ujarnya.
Menurutnya, para petani manggis di Kec.Puspahiang sudah mengenal pola dan teknik bertani manggis.Kalau sebelumnya, pohon manggis baru bisa berbuah ketika berusia 15 tahun, tapi kini hanya usia 4-5 tahun sudah bisa berbuah dan siap panen.
“Jadi, para petani manggis di Puspahiang sudah paham bagaimana system pemupukan, pengendalian hama serta produksi hingga pengelolaan pasca panen manggis.Bahkan pemahaman it uterus meningkat,”tutur Dadi Supriadi.
Ketika dimintai komentarnya mengenai sertifikasi manggis, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Ir.H.Henry Nugroho MP menyatakan, pihaknya akan berupaya membantu sertifikasi manggis Puspahiang sebagaimana keberhasilan sertifikasi terhadap beras organik SRI.
Bila berkaca dari keberhasilan sertifikasi beras organic SRI, Henry Nugroho mengaku optimis bisa melalukan hal yang sama terhadap beberapa komoditas pertanian unggulan lainnya yang dimiliki Kabupaten Tasikmalaya, termasuk buah manggis.“Upaya ini sebagai bukti nyata realisasi visi Kabupaten Tasikmalaya, yakni kompetitif dalam bidang agrobisnis tahun 2010 di Jawa Barat.”ungkapnya.(REDI MULYADI)***

Petani di Kab. Kuningan Manfaatkan Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Organik Murah Meriah



PARA petani anggota Kelompok Tani Mandiri Desa Ciketak Kec. Kadugede Kab.Kuningan, kini tengah giat mengolah limbah peternakan khususnya kotoran sapi untuk dijadikan pupuk organik yang dapat memberikan manfaat bagi dunia tumbuhan, disamping membuka peluang usaha bagi anggota kelompok tani itu sendiri.
“Sedikitnya 40 ton kotoran sapi dibutuhkan kelompok tani yang bergerak dibidang usaha ternak sapi penggemukan tersebut, setiap melakukan permentasi. Mereka mencoba memanfaatkan sumber daya alam berupa limbah peternakan yang ada dari tidak berguna menjadi berguna setelah diproses menjadi barang berharga bagi kehidupan petani. Pembuatan pupuk kompos dari bahan kotoran sapi itu, memelukan waktu 15 hari untuk masa permentasi sehingga menjadi komoditas usaha yang menguntungkan”ungkap Ir.Tatang Rustandi, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kab. Kuningan.

Tatang Rustandi menjelaskan, bahwa volume kotoran sapi di Kab.Kuningan khususnya di sentra peternakan di daerah Kec. Cigugur cukup melimpah. Apalagi bila ditambah dengan peternakan sapi yang ada di sejumlah kecamatan lainnya seperti di Kec. Cimahi, Subang, Cilimus dan Jalaksana sehingga tak pernah kekurangan.
“Dalam sehari saja, jumlah kotoran sapi dari Kec. Cigugur dan sekitarnya bisa dihasilkan sebanyak kurang lebih empat mobil tronton atau sekira 60 ton/hari yang selama ini diangkut dan dijual ke Kab.Garut, Sumedang, Cianjur, Losari, Cirebon, Indramayu, Bandung dan sekitarnya.”jelasnya.

Selama ini,lanjut Tatang, bahwa kotoran sapi dijual seharga Rp 5.000 per karung (30 kg) dan setelah diproses jadi pupuk organik laku dijual seharga Rp 3.500 per kg. Karenanya, Kelomok Tani Mandiri ingin memanfaatkan bahan baku yang berlimpah itu menjadi barang berharga, disamping memperoleh nilai tambah bagi para anggota kelompok tani itu sendiri.

Pembina Kelompok Tani Mandiri, Yudi Zanibar menambahkan, Kuningan kaya akan sumber alam, termasuk kotoran ternak cukup berlimpah dan mudah didapat di sentra sapi yang tersebar di sejumlah kecamatan.

“Jika hanya mengandalkan limbah ternak dari kelompok tani sendiri dengan jumlah 35 ekor sapi relatif kurang karena kelompoknya minimal membutuhkan kotoran sapi antara 30-40 ton dalam satu kali proses permentasi pembuatan pupuk organik.”kata Yudi Zanibar.

Untuk menutupi kekurangannya,Kelompok Tani Mandiri di Desa Ciketak ini mendatangkan kotoran sapi dari kecamatan lain yang ada di Kuningan dengan sistem saling menguntungkan. “Untuk tahap awal proses pembuatan pupuk organik, kelompoknya masih terbatas disesuaikan dengan kapasitas peralatan yang dimiliki kelompok. Rata-rata bahan baku kotoran sapi yang diperlukan sebanyak 15-20 ton per minggu atau rata-rata 40 ton dalam satu kali permentasi.“

Sebelum dipasarkan, kata Yudi, hasil produksi pupuk organik terlebih dahulu akan dilakukan ujicoba di laboratorium untuk memperoleh sartifikasi. Setelah mendapat sertifikasi, maka akan dipasarkan sesuai program pemerintah sebagaimana dianjurkan Menteri Pertanian yang menyanangkan pada tahun 2010 mendorong penggunaan pupuk organik.—(REDI MULYADI)

Prospek Budidaya Tanaman Nilam di Padalarang Cukup Cerah


BUDIDAYA tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) seluas tiga hektare kini dilakukan di Kampung Sadang Kulon, Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang Kab.Bandung Barat. Tanaman nilam diprediksi memiliki prospek cerah bagi masyarakat sekitar desa setempat.

Kepala Bidang UMKM pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Bandung Barat, Sumitro mengatakan, harga jual daun nilam cukup tinggi yaitu Rp 600 per kilogram. ”Dalam satu hektare bisa terdapat hingga ribuan pohon. Satu pohon bisa menghasilkan satu kilogram daun nilam,” katanya.

Selain itu, tanaman nilam bisa ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti jagung, bahkan kayu-kayuan. Selain mampu bertahan selama dua tahun dengan masa panen setiap dua bulan sekali, kondisi tanah dan iklim di Kabupaten Bandung Barat juga cocok dengan budi daya salah satu bahan baku parfum itu.

Sumitro menjelaskan, pengembangan tanaman nilam di Desa Ciburuy merupakan percontohan dan upaya pembibitan oleh salah satu perusahaan di Kota Bandung. ”Pasar nilam sudah sangat jelas. Kini yang terpenting adalah bisa memberdayakan masyarakat atau petani lokal sehingga kesejahteraannya meningkat,” katanya.

Dengan adanya prospek yang cukup cerah itu, maka diharapkan minat petani di daerah untuk membudidayakan tanaman nilam pun terus meningkat, sehingga nantinya di daerah tersebut menjadi sentra produksi tanaman nilam di Kab.Bandung Barat.

Dwi Iswanto, pelaksana lapangan lahan budi daya nilam, mengutarakan, ada sekitar 25 orang masyarakat Desa Ciburuy yang membudidayakan tanaman nilam minyak. ”Karena baru satu bulan ditanam, untuk panen pertama biasanya pada bulan keenam berikutnya,” katanya.

Setelah panen pertama itu, menurut Dwi, akan dilakukan sosialisasi kepada warga sekitar terkait budidaya nilam. Jika ada masyarakat yang tertarik dapat mengambil bibit dari lahan percontohan itu. (REDI MULYADI))***

Hama dan Penyakit Pada Tanaman Buncis




BUDIDAYA tanaman buncis ti(Phaseolus vulgaris L.) tidaklah terlalu sulit dan perlakuannya sama dengan tanaman sayuran lain. Kecuali untuk jenis kacang buncis tertentu harus diberi lanjaran karena tanamannya merambat.Hal yang penting bahwa ‘usahatani, budidaya tanaman buncis secara intensif sangat menguntungkan, karena konsumennya yang cukup banyak,sehingga pasarnya cukup terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri.

Namun ternyata,tanaman buncis cukup rentan terhadap serangan hama maupun penyakit, sehingga perlu diwaspadai oleh para petani yang tengah melakukan budidaya komoditi sayuran ini.Adapun beberapa hama dan penyakit yang umumnya menyerang tanaman buncis antara lain:

HAMA

· Kumbang daun yang disebabkan oleh kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Untuk mengendalikannya yakni dengan cara: 1) bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan tangan; 2) dengan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit, jahe, jeruk, sambiloto) ; dan 3) rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.

· Lalat kacang disebabkan oleh lalat Agromyza phaseoli yang termasuk dalam famili Agromyzidae. Lalat betina dan jantan mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9 mm. Gejala yang timbul pada tanaman buncis di antaranya daun berlubang-lubang dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Bahkan gejala lebih lanjut berupa pangkal batang yang membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tidak mengalami kematian, maka tumbuhnya kerdil, sehingga produksinya sedikit.
Adapun upaya pengendalian hendaknya dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat pengolahan tanah. Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang. Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat, maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto). Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur 20 hari,atau tergantung berat ringan serangan.

· Penggerek daun yang disebabkan oleh ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala yang ditimbulkannya adalah polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis.Pengendalian terhadap hama ini antara lain; penyemprotan dengan pestisida organik (yang dicampur dengan bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto) . Waktu penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut keperluan.

· Ulat penggulung daun disebabkan kehadiran ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejalanya: daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja. Pengendalian: (1) membuang dan membakar daun yang telah terkangkit; (2) penyempro tan pestisida oraganik ( campuran bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica,dan sambiloto). Penyemprotan dapat di ulang setiap 7 hari sampai tanaman terbebas dari hama tersebut.

· Kutu daun ini disebabkan oleh Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat.Adapun gejala serangan hama : pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning.
Untuk mengendalikan hama ini yang harus dilakukan antara lain: (1) secara alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis Coccinellidae; (2) menggunakan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, bw.merah, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto).Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali.

· Ulat jengkal semu tiada lain disebabkan oleh ulat jengkal semu.Ada dua dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala yang timbul antara lain: daun-daun berlubang,tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian yang dapat dilakukan: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan pestisida organik(campuran bawang putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, dansambiloto) dengan dosis di perbesar.

PENYAKIT

· Penyakit Antraknosa yang oleh cendawan Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae.. Gejala adanya serangan penyakit ini adalah: terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada polong buncis muda dan bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua. Untuk mengendalikannya: memakai benih yang benar-benar bebas dari penyakit; pergiliran tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut. Pergiliran tersebut dapat dengan tanaman lobak, wortel atau kol bunga; dan penyemprotan pestisida organik.

· Penyakit bercak daun ini biasanya disebabkan oleh kehadiran cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia dan lain-lain. Gejala yang timbul akibat serangan penyakit ini adalah daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu serta biji yang terbentuk kurang padat dan ringan.
Sementara itu,untuk mengendalikannya dengan cara sbb: sebelum ditanam benih buncis direndam air panas dengan suhu 48 derajat C selama 30 menit, rotasi tanaman, rotasi tanaman, memotong bagaian tanaman yang telah terserang,dan penyemprotan dengan pestisida organik. Penyemprotan diulang dengan selang waktu 5-15 hari agar lebih efektif.

· Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala tanaman buncis yang terserang penyakit ini : daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya menurun.
Dalam upaya mengendalikan penyakit ini yang harus dilakukan petani yakni: bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar,dan dapat juga disemprot dengan pstisida organik. Atau dapat juga dilakukan penghembusasn dengan tepung belerang.

· Penyakit ujung keriting disebabkan kehadiran virus mosaik keriting, yang penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu sejenis kutu loncat dari famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa, kutu ini dapat menjadi pembawa (carrier) virus tersebut. Pada umumnya,serangan penyakit ini menimbulkan gejala berupa daun-daun muda menjadi keriting dan berwarna kuning, sedangkan daun yang sudah tua menggulung atau memilin. Biasanya daun-daun terasa lebih kaku, tangkai daun mengeriting ke bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil. Pengendalian terhadap penyakit ini yang harus dilakukan petani adalah menanam bibit yang tahan penyakit seperti spurt dan strike,mencabut dan membakar tanaman yang telah terserang penyakit,dan melakukan penyemprotan pestisida organik

· Penyakit hawar daun ini disebabkan adanya bakteri Xanthomonas campestris dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Tanaman buncis yang terserang penyakit ini biasanya akan terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga lama-kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian yang dapat dilakukan yakni memakai benih yang bebas dari penyakit,dan selalu menjaga kebersihan lahan tanaman dari gulma dengan melakukan penyiangan.

· Penyakit busuk lunak umumnya disebabkan oleh bakteri Erwinia carotopora, termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini hanya menyerang bila ada bagian tanaman yang luka, misalnya,karena gigitan ulat atau memang sudah sakit akibat penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi di lapangan atau penyimpanan.
Gejala serangan penyakit busuk lunak ini yakni daun berbercak, berair dan warnanya menjadi kecokelatan. Gejala ini akan cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk. Kadang-kadang juga bisa roboh bila yang terserang batangnya.Dalam upaya mengendalikannya antara lain: membakar dan membuang tanaman yang telah terjangkit penyakit; menjaga kebersihan lingkungan tanaman,dan penyemprotan dengan pestisida organik Penyemprotan dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali.
Penggunaan pestisida dapat dengan dioleskan pada bagian tanaman yang sakit sudah cukup efektif.

· Penyakit karat karena adanya cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan. Penyebarannya dapat melalui hembusan angin, percikan atau aliran air, serangga maupun terbawa dalam pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah lain. Adapun gejala yang timbul akibat serangan penyakit karat ini yakni: pada jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun sebelah atas maupun bawah dan biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada varietes yang tahan, gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja. Pengendalian terhadap penyakit ini yang harus dilakukan sebagai berikut: menanam bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa wonder, mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit, menggunakan pestisida organic. Penyemprotan pestisida organik ini dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10% dengan selang waktu 7 hari. Penyemprotan dengan pestisida organik efektif dan ramah lingkungan.

· Penyakit layu umumnya disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas sollanacearum,termasuk dalam famili Pseudomonadeceae.Adapun gejala serangannya yakni tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan kalau dipijit keluar lendir berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat. Pengendalian yang dilakukan antara lain : penyiraman tanaman dengan air yang bebas dari penyakit, dengan rotasi tanaman selama 2 tahun,dan penyemprotan dengan fungsida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5-1 gram/liter air.
Selain itu, penyebab layu dengan gejala diatas disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum, termasuk dalam famil Stilbellaceae.
Sedangkan gejalanya yang terlihat seperti gejala 1 di atas dengan sedikit perbedaan. Perbedaannya yaitu bila batang yang terserang dipijit tidak mengeluarkan lendir.Untuk mengendalikannya dengan cara pengendalian hampir sama dengan cara pengendalian Pseudomonas. Untuk mengendalikan cendawan ini dapat digunakan campuran jelatang, kapur, kelor,dan mulsa daun bambu (pestisi organik) ini disemprotkan pada semua batang merata.Ini dinilai cukup efektif.

· Penyakit damping off akibat adanya cendawan Phytium sp, termasuk dalam famili Phytiaceae. Penularannya dapat melalui tanah maupun biji. Serangannya akan sangat hebat bila suhu dan kelembaban udara cukup tinggi.Pada umumnya,serangan penyakit ini menimbulkan gejala yakni bagian batang yang terletak di bawah keping biji (hipokotil) berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan klorofil. Akibatnya terjadi nekrosa secara cepat, jaringan yang berada di atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak kuat lagi menyangga kotiledon dan kemudian tanaman menjadi roboh.
Pengendalian terhadap penyakit ini cukup sederhana, yaitu menyiram tanaman dengan air yang bebas penyakit,dan menyemprotkan pestisida organik yang telah disesuaikan dengan kebutuhan.

Dengan mengetahui adanya serangan hama maupun penyakit sedini mungkin,maka diharapkan hasil produksi tanaman buncis pada saat panen pun akan melimpah,sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar.

Sebab,bila dalam pelaksanaan budidaya tanaman buncis sudah baik, artinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan budidaya secara intensif ,maka produksi perhektar dapat mencapai 150 kwintal polong segar.Berapa keuntungan yang bias dikantongi petani yang melakukan ‘usahatani’ budidaya tanaman buncis.(REDI MULYADI)****

Budidaya Semangka Secara Intensif



BUAH semangka sudah tak asing lagi bagi kita karena sering ditemui di pasar atau supermarket dan biasanya untuk cuci mulut pada resepsi pernikahan atau acara lain.Karena banyak digemari,maka pasar untuk buah semangka cukup terbuka luas dan memberikan harapan bagi petani yang mau membudidayakannya secara intensif.

Namun.tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta teknis budidaya petani.

Syarat pertumbuhan bagi semangka antara lain curah hujan ideal 40-50 mm/bulan, seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam dan suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir dan keasaman tanah (pH) 6 - 6,7.

PEMBIBITAN
Penyiapan media semai yang harus dilakukan antara lain; siapkan 25-50 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2 dan diamkan + 1 minggu di tempat teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik). Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang (1-3 kg) .Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.
Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250 C (direndam 8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.
Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm.Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh dan diberi perlindungan plastik transparan yang salah satu ujung/pinggirnya terbuka.Semprotkan zat penumbuh untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin setiap 3 - 4 hari sekali,dan penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit siap ditanam.

Pengolahan media tanam dengan pembukaan lahan dengan cara pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan,kemudian bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu. Selanjutnya dibuat bedengan dengan ukuran lebar 6-8 cm dan tinggi minimum 20 cm. Dalam pengapuran digunakan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.
Pemupukan pada tanaman semangka yang dilakukan antara lain;pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam.Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl (130 kg/ha).Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di atas mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan semangka dan peletakan buah.

PEMELIHARAAN
Pembuatan lubang tanaman dilakukan satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-100 cm.
Sedangkan waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup basah.
Dalam pemiliharaan ini,maka penyulaman ini sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.
Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena mengganggu pertumbuhan buah. Selain itu,juga perlu dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang.
Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval 4-6 hari dan volume pengairan tidak boleh berlebihan.
PEMUPUKAN

Dalam pemeliharaannya,tanaman semangka perlu dilakukan pemupukan yang berimbang agar hasil produksinya meningkat.Pemupukan yang berimbang perlu dilakukan sebagaimana tertera pada table berikut ini:

Waktu

Dosis Pupuk Makro (kg/ ha)

ZA

TSP

KCl

Susulan I (3 hari)

40

-

40

Susulan II Daun 4-6 helai

120

85

80

Susulan III Batang 45–55 cm

170

-

30

Susulan IV Tanaman bunga

130

-

30

Susulan V Buah masih pentil

80

-

30




Pemeliharaan lain yang dilakukan yakni pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena sinar matahari.
HAMA & PENYAKIT

Tanaman semangka pun tak lepas dari serangan hama dan penyakit yang setiap saat selalu mengancam kelangsungan produksinya.Beberapa hama dan penyakit yang akrab dengan tanaman semangka tersebut antara lain:
a) Hama Thrips berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas.
Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak.
b) Hama Ulat Perusak Daun berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, yang menimbulkan gejala daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang.
c) Hama Tungau merupakan binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat
d) Hama Ulat Tanah ini berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman.

e) Hama Lalat Buah ini memiliki ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar.

Pengendalian terhadap hama-hama tersebut yakni penyemprotan dengan fungisida sesuai anjuran dan penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya.Juga dengan membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul,dan pemasangan perangkap lalat buah.

Selain hama,ternyata tanaman semangka sangat rentan terhadap sejumlah penyakit yang setiap saat menyerang.Beberapa penyakit yang umumnya sering menyerang semangka tersebut antara lain:
a) Layu Fusarium yang disebabkan oleh lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur. Pengendalian yakni dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami.
b) Bercak Daun disebabkan oleh spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala penyakit ini adalah permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendaliannya seperti pada penyakit layu Fusarium.
c) Antraknosa disebabkan seperti penyakit layu Fusarium dengan gejala daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendaliannnya pun seperti pengendalian penyakit layu Fusarium.
d) Busuk Semai biasanya menyerang pada benih yang sedang disemaikan yang menimbulkan gejala batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian yakni pemberian insektisida sebelum penyemaian di media semai.
e) Busuk Buah umumnya disebabkan oleh jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian penyakit ini yakni dengan menghindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.
f) Karat Daun disebabkan oleh virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian terhadap penyakit sama seperti penyakit layu Fusarium.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia.

PANEN
Pemanenan terhadap buah semangka umumnya jika sudah berumur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman.Adapun ciri-ciri semangka yang cukup untuk dipetik yakni adanya perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil.

Kemudian dalam proses pemanenan/pemetikan buah semangka, sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Selain itu, pemotongan buah semangka sebaiknya dilakukan beserta tangkainya,agar buah semangka tidak mudah membusuk dan tahan lama dalam penyimpanan.(REDI MULYADI/berbagai sumber)*****

Jumat, 13 November 2009

Desa Cibeureum Siap Kembangkan Agropolitan & Agrowisata



KAB.CIAMIS,PETANIBERDASI.Com
Desa Cibeureum berada di ujung barat Kab.Ciamis yang berbatasan dengan Kab.Majalengka, tepatnya di Kec.Sukamantri. Kalau melihat letak geografisnya, desa ini memang strategis dan potensial dalam hal pengembangan di bidang pertanian, khususnya agribisnis.
“Karena itu, kami siap mendukung program Pemkab Ciamis yang menjadikan Ciamis Utara sebagai kawasan agropolitan. Karena di desa kami punya potensi di bidang agribisnis dan agrowisata yang siap dikembangkan. ”ujar Didi Kasmidi, Kepala Desa Cibeureum.
Tak mengherankan bila di Desa Cibeureum kini tengah dibangun Pasar Agro yang refresentatif dan sekitar 95 persen sudah selesai. Pasar Agro ini siap menampung hasil pertanian dari berbagai pelosok pedesaan di Kec.Sukamantri. Bahkan, pembangunan Pasar Agro Cibeureum dan objek wisata Situ Cibubuhan sempat disinggahi Wakil Bupati Ciamis H.Iing Syam Arifin dalam kunjungan kerjanya, Kamis pekan kemarin.
Potensi agribisnis yang ada di Desa Cibeureum sendiri, menurut Didi Kasmidi, antara lain cabe merah,stroberi,tomat,bawang daun dan lainnya. Bahkan program padat karya kali ini diarahkan untuk pengembangan tanaman cabe merah seluas 4 hektar yang dikelola oleh warga melalui kelompok tani.
“Dengan adanya Pasar Agro Cibeureum,maka hasil panen dari para petani bisa dipasarkan secara langsung, dengan posisi tawar yang kompetitif.”jelas Didi Kasmidi.
Sedangkan potensi agrowisata, Desa Cibeureum memiliki sebuah danau dengan panorama alam yang indah yakni Situ Cibubuhan, dan juga ada sebuah situs Batu Panjang dengan 6 titik sumber mata air.
Bila kedua objek wisata tersebut dikembangkan secara optimal, maka diharapkan dapat menarik perhatian para wisatawan untuk mengunjunginya, setelah berkunjung ke objek wisata Panjalu.
“ Pada kunjungan kerja Pak Wakil Bupati Ciamis hari Kamis kemarin, saya ungkapkan segala potensi agrobisnis dan agrowisata yang ada di Desa Cibeureum. Semoga saja mendapat perhatian dari Pemkab Ciamis untuk pengembangan berikutnya.”jelas Didi Kasmidi di ruang kerjanya. (REDI MULYADI)@@