Rabu, 09 Juni 2010

Hama dan Penyakit Pada Tanaman Buncis




BUDIDAYA tanaman buncis ti(Phaseolus vulgaris L.) tidaklah terlalu sulit dan perlakuannya sama dengan tanaman sayuran lain. Kecuali untuk jenis kacang buncis tertentu harus diberi lanjaran karena tanamannya merambat.Hal yang penting bahwa ‘usahatani, budidaya tanaman buncis secara intensif sangat menguntungkan, karena konsumennya yang cukup banyak,sehingga pasarnya cukup terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri.

Namun ternyata,tanaman buncis cukup rentan terhadap serangan hama maupun penyakit, sehingga perlu diwaspadai oleh para petani yang tengah melakukan budidaya komoditi sayuran ini.Adapun beberapa hama dan penyakit yang umumnya menyerang tanaman buncis antara lain:

HAMA

· Kumbang daun yang disebabkan oleh kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Untuk mengendalikannya yakni dengan cara: 1) bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan tangan; 2) dengan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit, jahe, jeruk, sambiloto) ; dan 3) rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.

· Lalat kacang disebabkan oleh lalat Agromyza phaseoli yang termasuk dalam famili Agromyzidae. Lalat betina dan jantan mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9 mm. Gejala yang timbul pada tanaman buncis di antaranya daun berlubang-lubang dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Bahkan gejala lebih lanjut berupa pangkal batang yang membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tidak mengalami kematian, maka tumbuhnya kerdil, sehingga produksinya sedikit.
Adapun upaya pengendalian hendaknya dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat pengolahan tanah. Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang. Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat, maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto). Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur 20 hari,atau tergantung berat ringan serangan.

· Penggerek daun yang disebabkan oleh ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala yang ditimbulkannya adalah polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis.Pengendalian terhadap hama ini antara lain; penyemprotan dengan pestisida organik (yang dicampur dengan bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto) . Waktu penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut keperluan.

· Ulat penggulung daun disebabkan kehadiran ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejalanya: daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja. Pengendalian: (1) membuang dan membakar daun yang telah terkangkit; (2) penyempro tan pestisida oraganik ( campuran bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica,dan sambiloto). Penyemprotan dapat di ulang setiap 7 hari sampai tanaman terbebas dari hama tersebut.

· Kutu daun ini disebabkan oleh Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat.Adapun gejala serangan hama : pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning.
Untuk mengendalikan hama ini yang harus dilakukan antara lain: (1) secara alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis Coccinellidae; (2) menggunakan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, bw.merah, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto).Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali.

· Ulat jengkal semu tiada lain disebabkan oleh ulat jengkal semu.Ada dua dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala yang timbul antara lain: daun-daun berlubang,tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian yang dapat dilakukan: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan pestisida organik(campuran bawang putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, dansambiloto) dengan dosis di perbesar.

PENYAKIT

· Penyakit Antraknosa yang oleh cendawan Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae.. Gejala adanya serangan penyakit ini adalah: terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada polong buncis muda dan bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua. Untuk mengendalikannya: memakai benih yang benar-benar bebas dari penyakit; pergiliran tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut. Pergiliran tersebut dapat dengan tanaman lobak, wortel atau kol bunga; dan penyemprotan pestisida organik.

· Penyakit bercak daun ini biasanya disebabkan oleh kehadiran cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia dan lain-lain. Gejala yang timbul akibat serangan penyakit ini adalah daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu serta biji yang terbentuk kurang padat dan ringan.
Sementara itu,untuk mengendalikannya dengan cara sbb: sebelum ditanam benih buncis direndam air panas dengan suhu 48 derajat C selama 30 menit, rotasi tanaman, rotasi tanaman, memotong bagaian tanaman yang telah terserang,dan penyemprotan dengan pestisida organik. Penyemprotan diulang dengan selang waktu 5-15 hari agar lebih efektif.

· Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala tanaman buncis yang terserang penyakit ini : daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya menurun.
Dalam upaya mengendalikan penyakit ini yang harus dilakukan petani yakni: bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar,dan dapat juga disemprot dengan pstisida organik. Atau dapat juga dilakukan penghembusasn dengan tepung belerang.

· Penyakit ujung keriting disebabkan kehadiran virus mosaik keriting, yang penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu sejenis kutu loncat dari famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa, kutu ini dapat menjadi pembawa (carrier) virus tersebut. Pada umumnya,serangan penyakit ini menimbulkan gejala berupa daun-daun muda menjadi keriting dan berwarna kuning, sedangkan daun yang sudah tua menggulung atau memilin. Biasanya daun-daun terasa lebih kaku, tangkai daun mengeriting ke bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang terserang menjadi kerdil. Pengendalian terhadap penyakit ini yang harus dilakukan petani adalah menanam bibit yang tahan penyakit seperti spurt dan strike,mencabut dan membakar tanaman yang telah terserang penyakit,dan melakukan penyemprotan pestisida organik

· Penyakit hawar daun ini disebabkan adanya bakteri Xanthomonas campestris dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Tanaman buncis yang terserang penyakit ini biasanya akan terlihat bercak kuning di bagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering dan berwarna cokelat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Kemudian gejala tersebut dapat meluas ke batang, sehingga lama-kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian yang dapat dilakukan yakni memakai benih yang bebas dari penyakit,dan selalu menjaga kebersihan lahan tanaman dari gulma dengan melakukan penyiangan.

· Penyakit busuk lunak umumnya disebabkan oleh bakteri Erwinia carotopora, termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini hanya menyerang bila ada bagian tanaman yang luka, misalnya,karena gigitan ulat atau memang sudah sakit akibat penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi di lapangan atau penyimpanan.
Gejala serangan penyakit busuk lunak ini yakni daun berbercak, berair dan warnanya menjadi kecokelatan. Gejala ini akan cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk. Kadang-kadang juga bisa roboh bila yang terserang batangnya.Dalam upaya mengendalikannya antara lain: membakar dan membuang tanaman yang telah terjangkit penyakit; menjaga kebersihan lingkungan tanaman,dan penyemprotan dengan pestisida organik Penyemprotan dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali.
Penggunaan pestisida dapat dengan dioleskan pada bagian tanaman yang sakit sudah cukup efektif.

· Penyakit karat karena adanya cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan. Penyebarannya dapat melalui hembusan angin, percikan atau aliran air, serangga maupun terbawa dalam pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah lain. Adapun gejala yang timbul akibat serangan penyakit karat ini yakni: pada jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna cokelat baik dipermukaan daun sebelah atas maupun bawah dan biasanya dikelilingi oleh jaringan khlorosis. Pada varietes yang tahan, gejalanya hanya berupa bintik-bintik cokelat saja. Pengendalian terhadap penyakit ini yang harus dilakukan sebagai berikut: menanam bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa wonder, mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit, menggunakan pestisida organic. Penyemprotan pestisida organik ini dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10% dengan selang waktu 7 hari. Penyemprotan dengan pestisida organik efektif dan ramah lingkungan.

· Penyakit layu umumnya disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas sollanacearum,termasuk dalam famili Pseudomonadeceae.Adapun gejala serangannya yakni tanaman akan terlihat layu, menguning dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna cokelat dan kalau dipijit keluar lendir berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun. Akar yang sakit juga berwarna cokelat. Pengendalian yang dilakukan antara lain : penyiraman tanaman dengan air yang bebas dari penyakit, dengan rotasi tanaman selama 2 tahun,dan penyemprotan dengan fungsida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5-1 gram/liter air.
Selain itu, penyebab layu dengan gejala diatas disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum, termasuk dalam famil Stilbellaceae.
Sedangkan gejalanya yang terlihat seperti gejala 1 di atas dengan sedikit perbedaan. Perbedaannya yaitu bila batang yang terserang dipijit tidak mengeluarkan lendir.Untuk mengendalikannya dengan cara pengendalian hampir sama dengan cara pengendalian Pseudomonas. Untuk mengendalikan cendawan ini dapat digunakan campuran jelatang, kapur, kelor,dan mulsa daun bambu (pestisi organik) ini disemprotkan pada semua batang merata.Ini dinilai cukup efektif.

· Penyakit damping off akibat adanya cendawan Phytium sp, termasuk dalam famili Phytiaceae. Penularannya dapat melalui tanah maupun biji. Serangannya akan sangat hebat bila suhu dan kelembaban udara cukup tinggi.Pada umumnya,serangan penyakit ini menimbulkan gejala yakni bagian batang yang terletak di bawah keping biji (hipokotil) berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan klorofil. Akibatnya terjadi nekrosa secara cepat, jaringan yang berada di atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak kuat lagi menyangga kotiledon dan kemudian tanaman menjadi roboh.
Pengendalian terhadap penyakit ini cukup sederhana, yaitu menyiram tanaman dengan air yang bebas penyakit,dan menyemprotkan pestisida organik yang telah disesuaikan dengan kebutuhan.

Dengan mengetahui adanya serangan hama maupun penyakit sedini mungkin,maka diharapkan hasil produksi tanaman buncis pada saat panen pun akan melimpah,sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar.

Sebab,bila dalam pelaksanaan budidaya tanaman buncis sudah baik, artinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan budidaya secara intensif ,maka produksi perhektar dapat mencapai 150 kwintal polong segar.Berapa keuntungan yang bias dikantongi petani yang melakukan ‘usahatani’ budidaya tanaman buncis.(REDI MULYADI)****

1 komentar: