SERANGAN hama putih pada tanaman kubis mengkhawatirkan petani, maka harus mewaspadainya. Karena hama ini memakan daging daun—tapi kulit ari biasanya tidak di makan—sehingga daun kubis menampakkan noda-noda putih.Jika kulit ari tersebut mongering,maka noda-noda putih tadi akan berlubang-lubang.
Pada serangan hama putih yang lebih hebat,daun yang terserang tingal tulang-tulang daunnya saja.Hama ini termasuk kosmopolit,karena tersebar di seluruh dunia,baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Adapun penyebab munculnya hama putih ini,adalah sejenis ulat yang disebut ulat Tritip (Plutella maculipennis). Ulat bertubuh kecil ini menyerang tanaman kubis sejak tanaman mudah di persemaian hingga tanaman dewasa di kebun produksi.Bila ulat ini mewabah maka kerugian besar akan dialami para petani kubis.
KEBAL INSEKTISIDA
Sebenarnya,ulat Tritip ini berukuran panjang 9-10 mm,tubuhnya berwarna hijau.Sedangkan ketika menjadi kupu-kupu tampak punggungnya berwarna putih seperti berlian sehingga sering disebut kupu-kupu punggung berlian.Ulat ini suka bersembunyi di bagian bawah daun.Apabila daun tersentuh,ulat Tritip akan merasakan ada bahaya yang mengancam dirinya,maka dengan segera ia akan menjatuhkan diri menggunakan benang seperti laba-laba dengan tujuan untuk menyelamatkan diri.
Keistimewaan ulat Tritip yakni bisa kebal terhadap suatu jenis insektisida. Jika ulat Tritip disemprot insektisida dengan dosis yang tidak sesuai atau disemprot hanya dengan satu jenis insektisida,ia malah menjadi kebal dan justru makin merajalela merusak seluruh tanaman,sehingga mengkhawatirkan para petani.
Sebagaimana halnya ulat-ulat lain,hama ini mengalami perubahan bentuk atau metamorfosa sebanyak empat kali dalam daur hidupnya mulai stadium telur,kemudian menjadi larva (ulat),berubah lagi menjadi kepompong (pupa),dan akhirnya menjadi kupu-kupu.Apabila di daerah panas umurnya hanya 2 hari dan di daerah dingin menjadi lama sekitar 41-45 hari.Padahal,tanaman kubis umumnya dibudidayakan di daerah dataran tinggi (dingin),sehingga peluang terserang hama ulat tritip akan semakin besar.
Kupu-kupu betina bertelur sampai 320 butir setiap ekornya yang diletakkan di permukaan daun sebelah bawah.Cara meletakkannya ada yang satu-satu dan ada pula yang berkelompok.Sedangkan umur telur hanya 2 hari
di daerah panas dan selama 3-4 hari di daerah dingin,kemudian menetas, menghasilkan ulat muda berwarna hijau pucat,setelah dewasa berubah menjadi hijau tua dan berbintik-bintik coklat.
PEMBERANTASAN MEKANIS
Karena ulat Tritip bisa kebal terhadap penyemprotan insektisida,maka cara pemberantasan yang dinilai cukup efektif,adalah pemberantasan mekanis.Pada stadium ulat,hama tersebut dipijit satu persatu.Kalau pada stadium kupu-kupu,sebaiknya memasang obor ketika makam,dan di bawah obor disediakan baskom berisi air.Karena kupu-kupu Tritip akan berhamburan melintasi jilatan api sehingga jatuh ke dalam baskom berisi air tersebut.
Selain itu,hama tritip bisa pula dikendalikan secara kultur tanaman,yakni tidak menanam kubis dan tanaman se-famili dalam satu tahun terus menerus. Pergiliran tanaman mutlak perlu dilakukan dengan tujuan memutus siklus hidup dari ulat Tritip tersebut.
Kalau memungkinkan,hama putih ini dapat pula dikendalikan secara biologis,yakni melalui penyebaran hewan predator ulat Tritip yang nantinya bertindak sebagai hewan ando parasut (memakan tubuh ulat dari dalam). Hal ini pernah dicoba oleh para ahli dengan menyebarkan serangga Angintia cerophaga ,sejenis serangga yang berasal dari New Zealand.
Serangga Angintia cerophaga akan bertelur dalam tubuh ulat atau kepompong ulat Tritip.Setelah meneta,ulat kecil yang dihasilkannya akan memakan tubuh ulat Tritip dari dalam.Cara ini termasuk efektif,tetapi sayangnya sampai sekarang belum memasyarakat.
Namun,jika tanaman kubis telah terserang hama Tritip secara merajalela, apaboleh buat,penyemprotan insektisida terpaksa harus dilakukan petani. Pengendalian secara mekanis akan terlalu menyita waktu dan tenaga.Untuk itu bisa dipakai insektisida,tetapi penggunaannya harus benar-benar dengan dosis yang efektif mematikan.
Selain itu,insektisida yang disemprotkan harus berganti-ganti untuk menghindari resistensi (kekebalan) terhadap salah satu insektisida.Dalam hal ini bisa digunakan bermacam-macam insektisida seperti diazinon,formadol, curacron,sevin,basudin dan lainnya,dengan dosis penyemprotan sesuai yang dianjurkan.(REDI MULYADI)****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar